Selasa, 13 Mei 2025 15:34 WIB
Selasa, 13 Mei 2025 15:34 WIB
Pekanbaru (13/05/2025) - Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) telah lama menjadi penyangga utama perekonomian Indonesia. Di tahun 2025, peran tersebut tidak hanya tetap relevan, tetapi juga semakin vital. Dalam menghadapi tantangan ekonomi global, digitalisasi, hingga perubahan kebijakan dalam negeri, UMKM terus menunjukkan daya tahan dan adaptabilitas yang luar biasa. Tulisan ini akan mengulas perkembangan terbaru sektor UMKM di Indonesia berdasarkan data per Mei 2025, serta membahas tantangan yang dihadapi, peluang yang tersedia, dan rekomendasi yang dapat memperkuat peran UMKM ke depan.
Perkembangan UMKM pada Mei 2025
Kontribusi UMKM terhadap perekonomian nasional menunjukkan tren yang semakin positif. Berdasarkan data terbaru dari Kementerian Koperasi dan UKM, sektor ini menyumbang sekitar 62 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, setara dengan nilai Rp10.200 triliun. Jumlah ini bukan hanya mencerminkan kekuatan ekonomi domestik, tetapi juga memperlihatkan bagaimana UMKM menjadi lapangan kerja utama bagi masyarakat. Tercatat lebih dari 121 juta tenaga kerja atau sekitar 98 persen dari total angkatan kerja terserap di sektor ini. Jumlah unit usaha pun terus meningkat, dari 66 juta pada tahun 2023 menjadi 68 juta pada tahun 2025—sebuah pertumbuhan yang menunjukkan optimisme dan ketahanan UMKM di tengah dinamika ekonomi.
Salah satu tren menarik adalah peningkatan adopsi teknologi digital oleh pelaku UMKM. Sekitar 55 persen UMKM kini telah memanfaatkan platform digital untuk memasarkan produk dan menjangkau pelanggan, baik melalui e-commerce maupun media sosial. Namun, digitalisasi ini belum merata. Di wilayah perkotaan, adopsi teknologi sudah cukup tinggi, dengan sekitar 65 persen UMKM yang aktif secara digital. Sementara itu, di pedesaan, angkanya masih berada di kisaran 45 persen, yang mencerminkan adanya kesenjangan akses dan literasi digital.
Tantangan yang Masih Dihadapi UMKM
Meski pertumbuhan UMKM cukup menggembirakan, berbagai tantangan struktural masih membayangi. Salah satu kendala utama adalah masalah permodalan. Banyak pelaku usaha kecil, terutama yang belum memiliki aset tetap, kesulitan mengakses pembiayaan dari bank karena terbentur persyaratan agunan yang tinggi. Akibatnya, tidak sedikit dari mereka yang terpaksa mencari alternatif pembiayaan, termasuk melalui pinjaman online. Sayangnya, fenomena maraknya pinjaman online ilegal dengan bunga mencekik justru memperburuk situasi dan membuat UMKM terjebak dalam lingkaran utang.
Dari sisi regulasi, kebijakan perpajakan juga menjadi sorotan. Kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk UMKM dari 11 persen menjadi 12 persen yang diberlakukan pada awal 2025 menimbulkan reaksi negatif dari banyak pelaku usaha. Mereka menganggap kebijakan ini menambah beban di tengah situasi yang belum sepenuhnya pulih pascapandemi dan krisis biaya logistik global. Selain itu, sistem perizinan berbasis elektronik melalui Online Single Submission (OSS) juga belum berjalan optimal di berbagai daerah, terutama di wilayah terpencil, sehingga proses legalisasi usaha masih terhambat.
Di tingkat global, UMKM Indonesia juga menghadapi tekanan dari produk-produk impor murah, khususnya dari negara-negara ASEAN seperti Vietnam dan Thailand. Produk-produk ini masuk ke pasar domestik dengan harga yang kompetitif, membuat UMKM lokal harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan pasar dan menyesuaikan kualitas produk mereka.
Peluang dan Strategi Pengembangan
Di balik berbagai tantangan tersebut, sebenarnya terbuka banyak peluang bagi UMKM untuk tumbuh lebih besar dan berdaya saing. Pemerintah sendiri telah meluncurkan berbagai program yang dirancang untuk memperkuat sektor ini. Salah satu program unggulan adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR), yang kini hadir dengan bunga rendah sebesar 4 persen serta plafon kredit yang meningkat hingga Rp500 juta. Selain itu, Kementerian Koperasi dan UKM juga menggelar pelatihan gratis untuk mendorong digitalisasi melalui program “UMKM Go Digital”, yang bertujuan meningkatkan literasi teknologi di kalangan pelaku usaha kecil.
Inovasi teknologi kini menjadi kunci dalam pengembangan UMKM. Banyak pelaku usaha mulai menggunakan kecerdasan buatan (AI) dalam strategi pemasaran mereka. Tools seperti Canva AI untuk desain promosi, atau penggunaan chatbot WhatsApp bisnis untuk layanan pelanggan, mulai menjadi alat penting yang mudah diakses dan terjangkau. Di bidang ekspor, penggunaan teknologi blockchain melalui platform TradeTrust dari Kementerian Perindustrian menawarkan solusi transaksi yang lebih aman dan transparan bagi UMKM yang ingin menjangkau pasar internasional.
Pasar luar negeri pun menunjukkan peluang yang menjanjikan. Permintaan akan produk halal dan ramah lingkungan meningkat di kawasan Timur Tengah dan Eropa, memberikan peluang besar bagi UMKM Indonesia yang mampu menyesuaikan produknya dengan kebutuhan global. Bahkan, ASEAN kini menjadi pasar ekspor strategis dengan peluncuran Pasar Digital ASEAN yang memudahkan UMKM menembus pasar regional tanpa harus melalui prosedur ekspor yang kompleks.
Rekomendasi untuk Keberlanjutan UMKM
Untuk menjaga momentum pertumbuhan dan memperkuat daya saing, berbagai pihak perlu memainkan perannya. Bagi pelaku UMKM, penting untuk terus memanfaatkan program-program pemerintah yang telah tersedia, baik dalam bentuk pembiayaan maupun pelatihan digital. Selain itu, inovasi produk dan layanan harus menjadi fokus utama agar bisa bersaing di pasar yang makin kompetitif.
Pemerintah diharapkan dapat memperluas akses pembiayaan, khususnya bagi UMKM di pedesaan yang sering kali terkendala oleh minimnya infrastruktur keuangan. Percepatan implementasi sistem perizinan digital secara merata juga perlu menjadi prioritas, agar semua pelaku usaha memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.
Sementara itu, pihak swasta dan penyedia platform digital diharapkan dapat turut serta memberikan dukungan. Lembaga keuangan perlu menawarkan skema kredit yang lebih fleksibel, sementara platform digital bisa memberikan insentif khusus bagi UMKM, seperti biaya langganan yang lebih rendah atau pelatihan gratis mengenai pemasaran online dan manajemen usaha digital.
UMKM adalah denyut nadi ekonomi Indonesia. Di tengah tantangan yang terus berkembang, UMKM tetap menunjukkan semangat bertahan dan bertransformasi. Dengan kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan stakeholder lainnya, UMKM Indonesia dapat melangkah lebih jauh, tidak hanya sebagai penggerak ekonomi lokal, tetapi juga sebagai pemain penting di kancah global. Masa depan UMKM sangat bergantung pada sejauh mana inovasi, kolaborasi, dan dukungan kebijakan dapat bersinergi untuk menciptakan ekosistem usaha yang inklusif dan berkelanjutan.
Penulis: Mario Morgent | Editor: Fuad Fadhillah