Senin, 21 April 2025 22:32 WIB
Senin, 21 April 2025 22:32 WIB
Pekanbaru (21/04/2025) - Hari Kartini bukan sekadar seremonial tahunan yang kita rayakan setiap 21 April. Lebih dari itu, ini adalah saat yang tepat untuk menapak tilas jejak perjuangan Raden Ajeng Kartini dan melihat bagaimana semangatnya terus hidup dalam kehidupan perempuan Indonesia masa kini. Dari pemikiran dan keresahan Kartini, lahirlah sebuah gerakan emansipasi yang terus berkembang menjadi aksi-aksi nyata yang dilakukan oleh perempuan masa kini dalam berbagai bidang kehidupan.
Raden Ajeng Kartini adalah sosok perempuan cerdas yang lahir dari keluarga bangsawan Jawa. Meski berasal dari kalangan priyayi, Kartini tidak tinggal diam terhadap realita sosial yang membatasi ruang gerak perempuan. Di tengah budaya patriarki yang kuat, Kartini tumbuh sebagai pemikir yang tajam. Ia menyadari bahwa pendidikan adalah kunci perubahan, dan karena itu, ia memperjuangkan hak perempuan untuk mengenyam pendidikan dan memiliki kebebasan berpikir. Gagasan-gagasannya ia sampaikan dalam surat-surat yang ia kirimkan kepada sahabat-sahabatnya di Belanda. Surat-surat inilah yang kemudian dibukukan dengan judul “Door Duisternis tot Licht” atau “Habis Gelap Terbitlah Terang”, yang menjadi simbol perjuangannya melawan ketidakadilan terhadap perempuan.
Perjuangan Kartini telah membuka pintu perubahan. Dulu, perempuan tidak diizinkan sekolah, tidak memiliki suara di ruang publik, dan sering dipandang sebagai makhluk yang tak setara dengan laki-laki. Kini, perempuan hadir di ruang-ruang akademik, tampil sebagai pemimpin, menduduki kursi politik, dan menjadi penggerak di berbagai sektor masyarakat. Namun, meski kemajuan telah banyak dicapai, perjuangan belum sepenuhnya usai. Masih banyak tantangan yang dihadapi perempuan Indonesia saat ini.
Realita yang dihadapi perempuan masa kini mungkin tidak lagi berupa larangan belajar, tetapi bentuknya telah bergeser. Ketimpangan tetap ada, misalnya dalam bentuk upah yang tidak setara meski dalam posisi kerja yang sama. Perempuan juga sering dibebani ekspektasi ganda: sukses dalam karier, namun tetap dituntut menjadi sosok ibu rumah tangga ideal. Di ruang kepemimpinan dan politik, representasi perempuan masih terbatas. Selain itu, standar kecantikan yang mengekang dan sering kali tidak realistis terus ditegakkan oleh media dan masyarakat, menciptakan tekanan psikologis yang tak sedikit. Di era digital, perempuan juga menjadi sasaran utama kekerasan berbasis gender seperti pelecehan siber.
Namun, perempuan masa kini tidak tinggal diam. Mereka terus bangkit, melawan, dan mengubah narasi. Mereka bersuara, mendukung satu sama lain, dan menginspirasi dengan aksi-aksi nyata. Menjadi Kartini masa kini bukanlah sesuatu yang jauh dari jangkauan. Setiap perempuan bisa menjadi Kartini. Saat seorang perempuan berani menyuarakan kebenaran, mendukung sesama, belajar hal baru, berkarya, dan memberi dampak bagi sekitar, ia telah menjadi bagian dari perjuangan panjang yang dulu dirintis oleh Kartini.
Emansipasi bukanlah cerita masa lalu. Ia adalah nyawa dari langkah-langkah kecil yang kita ambil hari ini. Ia adalah keputusan untuk tidak diam saat ketidakadilan terjadi. Ia adalah semangat untuk saling menguatkan, dan keyakinan bahwa setiap perempuan punya hak yang sama untuk tumbuh dan bermakna.
Di Hari Kartini ini, kami mengajakmu untuk mengenang dan merayakan perempuan yang paling menginspirasi dalam hidupmu. Siapa Kartinimu? Apakah ia ibumu, sahabatmu, gurumu, atau mungkin dirimu sendiri? Ceritakan kisah mereka, karena setiap perempuan punya cerita perjuangannya sendiri yang layak didengar dan diapresiasi.
Selamat Hari Kartini. Mari terus melangkah dengan semangat, karena perjuangan belum selesai dan kini giliran kita meneruskan jejaknya.
Penulis: Indira Puja | Editor: Fuad Fadhillah